Tradisi
Ngelangkah di Lingkungan Karang Tengah
Laporan
Penelitian
Diajukan
untuk memenuhi syarat mengikuti Ulangan Akhir Semester mata kuliah Etnografi
dan Pedagogik
Dosen
Pembimbing : Musahwi, M.Sosio
Disusun
Oleh :
Ana
Herliana (2290150012)
PENDIDIKAN
SOSIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan
judul “Tradisi Ngelangkah di Lingkungan Karang Tengah” ini dengan tepat waktu.
Laporan penelitian ini bertujuan untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian Akhir
Semester mata kuliah Etnografi dan pedagogik.
Saya
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu, Bapak Musahwi,
M.Sosio selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Etnografi dan Pedagogik, teman-teman
semua yang ikut serta dalam pembuatan laporan penelitian ini baik dari support,
pemikiran, masukan dan lain-lain, sehingga laporan penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Laporan
penelitian ini masih jauh dari kata sempurna maka saya sebagai penulis
menginginkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan
penelitian ini dan menjadi acuan saya untuk memperbaiki laporan penelitian yang
akan datang. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi pembacanya dan
menjadi sumber pengetahuan baik dari kalangan pelajar, maupun masyarakat umum,
dan menjadi peningkatan sumber pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................
1.4 Manfaat...............................................................................................................
Bab II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
BAB III KERANGKA TEORI................................................................................
BAB IV METODOLOGI
PENELITIAN................................................................
4.1 Metode Penelitian...............................................................................................
4.2 Teknik Pengumpulan Data..................................................................................
4.2.1 Observasi...........................................................................................................
4.2.2 Wawancara.......................................................................................................
4.2.3 Dokumentasi.....................................................................................................
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN dan HASIL
WAWANCARA........................................................................................................
5.1 Lokasi Penelitian.................................................................................................
5.2 Hasil Wawancara.................................................................................................
5.2.1 Daftar Pertanyaan..............................................................................................
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan..........................................................................................................
6.2 Saran....................................................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkawinan adalah suatu ikatan suci yang
dilakukan oleh sepasang insan yang saling mencinta dan diikrarkan dalam janji
seumur hidup. Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan
seseorang. Dalam perkawinan bukan hanya menyatukan dua hati orang yang saling
mencinta, namun dalam perkawinan juga menyatukan dua keluarga besar. Tujuan
perkawinan hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia melanjutkan keturunan.
Setiap orang mempunyai hak untuk
melakukan perkawinan sesuai dengan kultur dan budayanya masing-masing.
Perbedaan budaya ini biasanya disebabkan oleh keberagaman agama, suku maupun
daerahnya. Hal ini menjadi salah satu keunikan yang menjadikan perbedaan
disetiap wilayah Indonesia yang multikultural.
Orang yang sudah melakukan perkawinan maka
keduanya mempunyai hak dan kewajiban atas statusnya, dan harus melakukan peran
sebaik-baiknya. Indonesia juga mengatur tentang perkawinan dalam UU Nomor 1
Tahun 1974. Ini merupakan hukum perdata yang dilakukan oleh Indonesia yang
harus diaati oleh setiap Warga Negara.
Kebudayaan perkawinan sudah melekat
dalam diri masyarakat Indonesia yang dilakukan secara turun temurun baik secara
tradisional maupun secara modern sesuai dengan keinginan dan kemampuannya baik
secara kultur atau budaya maupun secara agama. Dalam setiap tradisi perkawinan
mempunyai keunikan-keunikan dan makna tersendiri yang didalamnya terdapat suatu
keyakinan dan sugesti yang akan membawanya kepada kepuasan terhadap dirinya.
Ini merupakan nilai yang tak bisa dimaknai oleh semua orang.
Keunikan-keunikan ini yang menjadi penasaran setiap orang yang
melihatnya dan ingin mengetahui lebih jauh dari makna yang sebenarnya. Tradisi
Ngelangkah ini menjadi keunikan tersendiri bagi Linkungan Karang Tengah. Moment
Ngelangkah ini adalah moment yang langka karena tidak semua pengantin melakukan
tradisi ini, hanya orang-orang tertentu. Oleh sebab itu penelitian ini sangat
unik untuk dilakukan.
Masyarakat mengangap moment ini adalah
moment yang sakral sehingga moment ini dilakukan secara turun temurun. Dalam
kaitannya dengan tradisi Ngelangkah ini banyak masyarakat yang mempunyai
prespektif yang berbeda-beda mereka belum tahu betul tentang makna yang
sebenarnya. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui makna yang sebenarnya
yang ada dalam tradisi Ngelangkah tersebut. Sehingga masyarakat tidak keliru
dengan makna yang sebenarnya. Makna kebudayaan sendiri dapat diartikan secara
berbeda-beda sesuai dengan pemahaman yang mereka ketahui.
Tradisi Ngelangkah sendiri merupakan
kebudayaan yang merupakan hasil pemikiran manusia. Menurut ilmu antroplogi,
“kebudayaan” adalah keseluruhaan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan manusia milik belajar[1].
Sudah jelas bahwa tradisi ngelangkah ini merupakan hasil karya manusia yang
sampai saat ini masih dilakukan secara turun- temurun.
Manusia merupakan faktor utama yang
menjadi subjek dari sebuah tradisi atau kebudayaan, karena manusia yang menjalankan
dari semua rangkaian tradisi ini. Sesuai dengan tulisan yang dikemukakan oleh Prof.
Dr. Rusmin Tumanggor, M.A. bahwa “Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya adalah
manusia yang berada pada siklus idea atau pengetahuan bersama yang menjadi
acuan dalam melaksankan aktivitas bersama, melahirkan materi kebudayaan bersama
atau pribadi yang merupakan pengembangan dari dorongan budaya, diberbagai
sektor kehidupan keagamaan, keilmuan, peralatan hidup, keorganisasian sosial,
bahasa dan komunikasi, serta kesenian”.[2]
Jadi, manusia hakikatnya adalah makhluk budaya, dan manusia juga merupakan
makhluk sosial yang tidak bisa hidup dengan kesendirian pasti memerlukan
bantuan orang lain.
Kembali pada tradisi Ngelangkah yaitu
tradisi yang berada dalam tradisi perkawinan tradisional yang didalamnya ada
ngarak dan didalam ngarak itu tradisi Ngelangkah itu akan dijelaskan. Dalam
tradisi ini banyak individu-individu yang terlibat sehingga terjadi intreaksi
sosial baik antar tetangga yang dekat maupun tetangga yang jauh, nilai positif
yang dapat diambil dari tradisi ngelangkah ini adalah interaksi antar manusai
yang berlangsung.
Masyarakat mempunyai peran penting
dalam menjalankan segala aktivitas khususnya budaya. Salah satunya adalah
tradisi Ngelangkah ini adalah warisan leluhur nenek moyang yang ada di Karang
Tengah, yang harus dijaga dan dilestarikan seutuhnya oleh masyarakat yang ada
didalamnya. Salah satu cara untuk melestarikannya adalah dengan mengetahui
makna yang sebenarnya supaya mengartikannya tidak keliru dengan makna yang
sesungguhnya. Jika makna dari tradisi ngelangkah itu benar maka menjalankannya
pun dengan rasa kebenaran.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana makna Ngelangkah dalam perkawiann di
Lingkungna Karang Tengah?
1.3
Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui,
mendeskripsikan dan menjelaskan makna dibalik Ngelangkah dalam perkawinan di
Lingkungan Karang Tengah.
1.4
Manfaat
1.4.1 Menjadi
pengetahuan bagi masyarakat tentang makna yang sebenarnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian yaang yang sebelumnya pernah
dilakukan adalah oleh seorang mahasiswa dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yaitu Hendrawan dari jurusan Studi Hukum Keluarga Islam (SAS) fakultas Syariah
dan Hukum. Penelitian yang ditelitinya adalah Skripsi tentang Problematika
Pernikahan Melangkahi Kakak dalam Adat Betawi.
Bahwa dia mneliti tentang adat
pernikahan yang dilakukan oleh adat Betawi, dalm rangkaian tersebut ada tentang
pelangke sebutan untuk orang Betawi itu
terjadi apabila sigadis mempunyai kakak laki-laki atau perempuan yang belum
menikah. Sigadis ini harus memenuhi permintaan kakaknya, dapat berupa uang atau
barang. Disini dilakukan pada waktu tande
putus (tunangan) yaitu pada tahap ini ditandai dengan adanya suatu acara
mengantar kue-kue dan buah-buahan dari pihak laki-laki kerumah pihak si gadis,
yang kemudian dibalas dengan makanan berupa nasi dan lauk pauknya dan
seterusnya dibagikan kepada semua anggota keluarga masing-masing. Pada saat itu
akan diputuskan hari dan tanggal pernikahan, sekaligus dibawa pecingkrem berupa
cincin belah rotan sebagai pengikat.
Setelah acara tanda putus, kedua belah
pihak menunggu dan mempersiapkan keperluan pelaksanaan acara akad nikah. Masa
ini dimanfaatkan juga untuk memelihara none penganten dan orang yang memelihara
disebut tukang piare penganten atau dukun penganten.
pembicaraan Ngelangkah ini berkaitan
dengan berapa jumlah atau barang apa yang harus dipersembahkan kepada kakak.
Hal ini selain bertujuan sebagai cara untuk menjaga kebudayaan tetap ada,
tetapi juga untuk menghormati dan menjaga perasaan kakak yang dilangkahi.
Intinya adalah pada kekerabatan, kekeluargaan dan kebersamaan.
Manfaat dari adanya pelangkah ini yaitu
melestarikan adat istiadat, membuat hubungan kakak beradik, hubungan kedua
mempelai dan hubungan kedua keluarga menjadi baik dan tidak sakit hati maupun
permasalahan. Intinya mengarahkan manusia untuk manunggal (berpadu) dengan
alam, kerabat dan sesama manusia lain.
Perbedaan yang dapat saya ambil adalah
adat dibetawi ketika sang adik melangkahi kakaknya dia harus memberikan uang
atau barang, namun adat Ngelangkah di Karang Tengah adalah pihak adik yang
melangkahi adalah memeberikan sandangan dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Dan terletak pada maknanya ketika adat Betawi mempunyai makna untuk menghormati
dan menjaga perasaan sang kakak yang dilangkahi yaitu untuk menjaga
kekerabatan, kekeluargaan dan kebersamaan,namun tradisi Ngelangkah di Karang
Tengah adalah malati atau dijelaskan
bahwa supaya didekatkan jodohnya dan supaya tidak berbahaya yaitu tidak
mendapatkan jodoh.
Perbedaannya juga terdapat pada ritual
tersebut di betawi hanya memberikan uang atau benda, namun di Lingkungan Karang
Tengah ada ritual-ritual tertentu dan simbol-simbol ini yang menarik yang
disetiap simbolnya mempunyai filosofi dan makna tersendiri ini merupakan ciri
khas yang berbeda dengan adat Ngelangkah di Betawi. Sebagai Contoh ada simbol Ngelangkah
yaitu gerakan maju mundur, kesamping yaitu 3 kali putaran. Dan banyak peralatan yang harus
dibawa seperti tikar, nasi kuning yang berisi uang koin, nasi liwet yang
disimpan dalam bakul beserta centong,
kendi yang berisi uang koin dan air dll itu merupakan sebagai syarat
alat untuk melakukan ritual Ngelangkah. Yang maknanya adalah ketika sang kakak
melempar kendi yang berisi uang receh adalah semoga bahaya yang datang dapat
terhindar. Dan ketika sang kakak di puter-puter selama 3 kali tersebut ada
bacaan solawat yang dibacakan orang yang mengerti atau dukunnya sebagai
permintaan kepada Allah agar segera didekatkan jodohnya.
Setiap daerah mempunyai makna
masing-masing karena setiap daerah mempunyai kepercayaan dan latar belakang
masing-msing. Semua itu membentuk pemahaman, perspektif dna cara pandang yang
berbeda dalam memaknai setiap hal, namun hakikatnya kebudayaan adalah hasil
pola pikir manusia yang disepakati bersama karena masyarakat menganggap dan
mempercayai bahwa itu merupakan sesuatu yang sakral yang harus dijalankan, dan
ketika masyarakat tidak menjalankannya mereka merasa ada yang kurang, karena
sudah menjadi kepercayaan dan kebiasaan yang sudah mendarah daging.
Namun dari banyaknya kebudayaan kita
selayaknya saling terbuka terhadap kebudyaan lain karena kita sadar bahwa
negara kita adalah negara yang majemuk yang mempunyai banyak suku, ras,
kebudayaan. Saling toleransi untuk tidak terjadinya konflik supaya terjalinnya
rasa persuadaraan dan integrasi bangsa semakin kokoh, damai dan indah.
BAB III
KERANGKA TEORI
Untuk memperkuat penelitian, saya
sebagai penulis akan memberikan teori-teori yang ada. Kajian teori ini untuk
membandingkan antara teori dan kajian yang sebenarnya terjadi dimasyarakat.Teori
yang saya gunakan adalah teori Interaksi Simbolik. Interaksi Simbolik lebih
menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan
pada keseluruhan kelompok atau masyarakat. Proporsi paling mendasar dari
interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan,
karena tampilan lewat simbol dan maknanya. Mencari makna dibalik yang sensual
menjadi penting didalam interaksi simbolis.
Kaitannya dengan penelitian yang akan
saya lakukan adalah yaitu tradisi Ngelangkah ini adalah bagian dari interaksi
manusia yang merupakan kajian sosial yang menarik, karena Ngelangkah ini ada
simbol-simbol dan mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Lingkungan Karang
Tengah sesuai pemahaman mereka masing-masing, tentunya mereka pasti berpendapat
berbeda-beda, karena tidak semua manusia mempunyai pendapat atau pemikiran yang
sama. Pengertian Simbol sendiri dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah “lambang”.[3]
Namun dalam kajian sosial simbol dapat diartikan sebagai bahasa. Bahasa ini
dapat digunakan untuk melakukan komunikasi dan pastinya simbol ini mempunyai
makna tersendiri. Dengan simbol ini manusia dapat berinteraksi, berbeda dengan
menggunakan isyarat, jika isyarat dapat berguna untuk berkomunikasi saja,
berbeda dengan bahasa atau simbol ini yang dikomunikasikan isyarat dan
maknanya.
Interaksionisme simbolik pada umumnya
adalah filsafat pragmatisme dan behaviorisme psikologis (Joas,1985; Rock,
1979).[4]
Arnold Rose mengemukakan serangkaian asumsi mengenai substansi dari teori
interaksi simbolis, meliputi : (1) manusia hidup dalam suatu lingkungan
simbol-simbol; (2) melalui simbol-simbol manusia berkemampuan menstimuli orang
lain dengan cara-cara yang mungkin berbeda dari stimuli yang diterimanya dari
orang lain itu; (3) melalui komunikasi simbol-simbol dapat dipelajari sejumlah
besar arti dan nilai-nilai, sehingga dapat dipelajari sejumlah besar arti dan
nilai-nilai, sehingga dapat dipelajari cara-cara tindakan orang lain; (4)
simbol, makna, serta nilai-nilai yang berhubungan dengan mereka tidak hanya
terpikirkan oleh mereka dalam bagian-bagian yang terpisah, tetapi selalu dalam
bentuk kelompok.[5]
Pragmatisme
Ada beberapa aspek pragmatisme yang
mempengaruhi orientasi sosiologis yang dikembangkan oleh Mead (Charon, 2000;
Joas,1993). Pertama, menurut pemikir pragmatisme, realitas sebenarnya tak
berada “diluar” dunia nyata; realitas diciptakan secara aktif saat kita
bertindak secara nyata” (Hewitt, 1984: 8; lihat juga Shalin, 1986). Kedua,
manusia mengingat dan mendasarkan pengetahuan mereka mengenai dunia nyata pada
apa yang telah terbukti berguna bagi mereka. Ada kemungkinan mereka mengganti
apa-apa yang tidak lagi “bekerja”. Ketiga, manusia mendefinisikan “objek”
sosial dan fisik yang mereka temui didunia nyata menurut kegunaannya bagi
mereka. Keempat, bila kita ingin memahami aktor, kita harus mendasarkan
pemahaman itu diatas apa-apa yang yang sebenarnya mereka kerjakan dalam dunia
nyata.[6]
Jadi, realitas dalam kaitannya dengan
penelitian yang akan saya teliti adalah tradisi ini merupakan peristiwa yang
terjadi dan peristiwa yang benar-benar ada di Linkungan Karang Tengah. Tradisi
ini terjadi ketika ada yang melaksanakan
perkawinan khususnya jika dilakukan ngarak keliling kampung dan lebih
spesifiknya lagi Ngelangkah ini terjadi karena pihak mempelai wanita, maupun
pihak laki-laki mendahului kakanya yang belum melaksankan pernikahan, maka itu
diadakanlah tradisi ngelangkah ini. Ini sebabnya yang menjadi peneliti
ingin mengkajinya untuk mengetahui makna
yang sebenarnya terakandung dalam
tradisi ngelangkah ini. Segala sesuatu tradisi atau kebudayaan merupakan
realitas yang ada dalam masyarakat baik masyarakat lokal maupun non lokal.
Khusunya masyarkat indonesia yang merupakan masyarakat yang multikultural
sehingga tidak sedikit mempunyai berbagai kebudayaannya masing-masing dan
tentunya mempunyai makna yang berbeda-beda.
Behaviorisme
Behaviorisme memepelajari tingkah laku (behavior) manusia secara objektif dari
luar.[7]
Tingkah dalam kamus bahasa indonesia adalah “perbuatan yang aneh-aneh”,
sedangkan laku adalah “perbuatan”.[8]
Kaitannya dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah saya akan meneliti
orang yang merasakan Ngelangkah tersebut baik dari segi psikologis, maupun
dampak yang akan dia terima serta saya akan dapat menanyakan kepadanya tentang
apa yang ia rasakan sebelum dia Ngelangkah dan sesudah Ngelangkah perbedannya.
Simbol
signifikan
adalah sejenis gerak isyarat yang hanya
dapat diciptakan manusia. Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat simbol-simbol itu
sama dengan sejenis tanggapan (tetapi tak selalu sama) yang diperoleh dari
orang yang menjadi sasaran isyarat. Kita sebenarnya hanya dapat berkomunikasi
bila kita mempunyai simbol yang signifikan; komunikasi menurut arti istilah itu
tak mungkin terjadi di kalangan semut, lebah dan sebgainya. Isyarat fisik dapat
menjadi simbol yang signifikan, namun secara ideal tak cocok dijadikan simbol
signifikan karena orang tak dapat dengan mudah melihat atau mendengarkan
isyarat fissiknya sendiri. Jadi, ungkapan suaralah yang paling memungkinkan
menjadi simbol yang signifikan, meski tidak semua ucapan dapat menjadi simbol
signifikan. Kumpulan isyarat suara yang pailnjg mungkin menjadi simbol yang
signifikan adalah bahasa: “simbol yang menjawab makana yang dialami individu
pertama dan yang mencari makna dalam individu kedua. Isyarat suara yang
mencapai situasi seperti itulah yang menjadi bahasa. Kini ia menjadi simbol
signifikan dan memberikan makana tertentu”.
(Mead,1934/1962:46).
Fungsi bahasa atau simbol yang signifikan pada umumnya adalah menggerakkan
tanggapan yang sama dipihak individu yang berbicara dan juga pihak lainnya.[9]
Jadi kaitannya dengan tradsisi Ngelangkah
adalah simbol ngelangkah itu sendiri yang mempunyai arti dan makna tersendiri
di kalangan masyarakat Karang Tengah. Makna ini berbeda-beda sesuai dengan
pemahaman masing-masing. Perbedaan ini diakibatkan oleh pemahaman yang
berbeda-beda bahkan ada pemahaman yang hanya dilandasi oleh tradisi yang hanya
mengikutinya tanpa tahu maknanya pemahaman yang seperti ini tidak sedikit
dikalangan masyarakat.
Komunikasi melalui isyarat-isyarat
sederhana adalah bentuk yang paling sederhana dan yang paling pokok dalam
berkomunikasi, tetapi manusia tidak terbatas pada bentuk komunikasi ini. Bentuk
yang lain adalah komunikasi simbol. Karakteristik khusus dari komunikasi simbol
manusia adalah tidak terbatas pada isyarat-isyarat fisik. Sebaliknya,
menggunakan kata-kata dan simbol-simbol suaraini mengandung arti yang dipahami
bersama dan bersifat sederhana dan bersifat standar. Kemampuan manusia
menggunakan simbol suara yang dimengerti bersama memungkinkan perluasan dan
penyempurnaan komunikasi jauh melebihi apa yang mungkin melalui isyarat fisik
saja. ( Mead, 1934/1962)
Kaitannya adalah dengan simbol suara ini
ada simbol-simbol suara yang berisi doa yang menurut pandangan atau prespektif
masyarakat linkungan Karang Tengah adalah
jejampi yang berisi doa-doa yang diberikan kepada orang yang ngelangkah
ini. Ini pandangan umum menurut masyarkat di Lingkungan Karang Tengah, dalam
simbol ini memiliki makna yang dipercaya harus diberikan kepada orang yang
Ngelangkah ini. Ini kepercayaan yang sudah melekat dalam masyarakat yang sudah
menjadi tradisi secara turun temurun. Simbol-simbol yang berisi makna ini
adalah pandangan masyarakat secara umum saja, makna yang sebenarnya hanya
orang-orang tertentu yang dapat memahaminya seperti para sesepuh.
Dengaan demikian, manusia merupakan aktor
yang sadar dan relatif, yang menyatukan objek-objek yang diketahui melalui apa
yang disebutnya sebgai proses self-indication,
yaitu “proses komunikasi yang sedang berjalan dimana individu selalu
menilainya, memberinya makna dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna
itu.” Proses self indication ini terjadi karena dalam konteks sosial dimana
individu mencoba untuk “mengantisispasi” tindakan-tindakan orang lain dan
meneyesiuaikan tindakanya sebagaimana ia menafsirkan tindaka itu.
Blumer(1969) menegaskan prioritas interaksi
kepada struktur dengan menyatakan bahwa
“ proses sosial dalam kehidupan kelompok menciptakan dan menhancurkan aturan,
bukan aturan-aturan yang menciptaka dan menghancurka kehidupan kelompok. “
karenanya, individu bertindak selaras demi menyanggah norma-norma atau
aturan-aturan perilaku. Masyarakat merupakan hasil dari interaksi simbolis, di
sisi lain pendekatan kaum interaksionis simbolik melihat manusia saling
membatasi tindakan-tindakan mereka dan bukan hanya saling bereaksi kepada
setiap tindakan itu menurut mode stimulus respon.
Interaksionisme simbolik diketengahkan
Blumer mengandung sejumlah ide dasar sebagai berikut: (1). Masyarakat terdidri
dari manusia yang berinteraksi. Mereka bersama-sam menbentuk organisasi atau
struktur sosial . (2). Interaksi mencakup berbagai kegiatan manusia yang saling
berhubungan. Interaksi non simbolik mencakup stimulus respon sederhana.
Interaksi simbollik mencakup penafsiran tindakan. Bahasa merupakan simbol yang
paling umum. (3). Objek-objek tidak mempunyai makna yang intrinsik : makna
lebin merupaka produk interaksi simbolik. Ada tiga macam kategori objek yaitu:
(a). Objek fisik (b). Objek sosial (c). Objek abstrak. (4). Selain mengenali objek eksternal manusia juga
mampu mengenali dirinya sendiri. (5). Tindakan manusia adalah tindakan
interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri. (6). Tindaka itu saling
dikaitkan dan disesuaikan oleh para anggota kelompok: hal itu sebut sebagai
tindakan bersama
Blumer menegaskan bahwa metodologi
interaksi simbolik merupakan pengkajian fenomena sosial secara langsung.
Tujuannya memperoleh gambaran secara jelas mengenai apa yang sedang terjadi
dalam lapangan, dengan sikap yanng selalu waspada atas urgensi menguju ndan
memperbaiki observasi-observasi. Hasil observasi itu disebut blumer sebagai
tindakan “ pemetaan konsep “ (penambahan kepekaan konsep yang digunakan) .
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang
saya gunakan adalah meteode penelitian etnografi. Etnografi merupakan pekerjaan
mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk
memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan
oleh Bronisla Malinowski, bahwa tujuan etnografi adalah “memahami sudut pandang
penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya
mengenai dunianya” (1922:25). Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan
aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat,
mendengar,berbicara, berpikir dan bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi
etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi dari itu, etnografi
belajar dan masyarakat.
Inti dari etnografi adalah upaya untuk
memperhatikan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin
kita pahami. Beberapa makna tersebut terekspresikan secara langsung dalam
bahasa; dan diantara makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya secara
tidak langsung melalui kata-kata dan
perbutan. Sekalipun demikian, di dalam setiap masyarakat, orang tetap
menggunakan sistem makna yang kompleks ini mengatur tingkah laku mereka, untuk
memahami dunia tempat mereka hidup. Sistem makna ini merupakan kebudayaan mereka
dan etnografi selalu mengimplikasikan teori kebudayaan.[10]
4.2
Teknik Pengumpulan Data
4.2.1
Observasi
Menurut Kriyantono
(2008:106) mengatakan bahwa metode observasi merupakan kegitan mengamati secara
langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegitan yang
dilakukan objek tertentu. Observasi yang akan saya lakukan adalah saya akan mengamati
langsung tentang tradisi Ngelangkah itu sendiri supaya dapat jelas melihatnya
sehingga dapat mendeskripsikannya dengan jelas.
4.2.2
Wawancara
Menurut Berger dalam Kriyantono
(2000:111) mengatakan bahwa wawancara adlah percakapan antara periset seseorang
yang berharap mendpatkan informasi, dan informan seseorang yang diasumsikan
mempunyai informasi penting tentang sesuatu objek. Wawancara adalah proses
tanya jawab antarapeneliti dan narasumber. Narasumber ini dapat melibatkan
informan yaitu orang yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh. Pada
wawancara yang akan saya lakukan adalah saya akan memberikan pertanyaan kepada
orang yang terlibat langsung dalam tradisi Ngelangkah tersebut dan mewawancarai
orang yang melakukan tradisi ini secara turun temurun yaitu sesepuh di
Linkungan Karang Tengah untuk dapat menggali makna yang sebenarnya sehingga
data dapat dipertanggungjawabkan.
4.2.3
Dokumentasi
Dalam hal ini yang saya lakukan adalah
merekam jimat atau mantra yang sering dibacakan saat ritual Ngelangkah
dilakukan dengan ini saya menggunakan HP, video untuk memperkuat data laporan
saya, hal ini juga dilakukan untuk mendapatkan data
yang jelas dapat terdokumentasi
dnegan baik. Setealah data terkumpul sya akan mengelompokkan data tersebut
sesuai dengan apa yang saya teliti atau yang saya butuhkan dengan persoalan
yang ingin saya jawab. Selanjutnya data diproses, dideskripsikan, dianalisa dan
di interpretaasikan serta dicarai relevansinya antara komponen yang satu dengan
komponen yang lainnya. Dengan semua ini diharapkan permasalahan yang saya
ajukan dapat terjawab dengan baik.
BAB V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN dan
HASIL WAWANCARA
5.1
Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini,
saya memilih Lingkungan Karang Tengah Kelurahan Kedaleman, Kecamatan Cibeber,
Kota Cilegon. Lokasi ini saya pilih karena sebagai tempat tinggal saya, supaya
lebih memudahkan penelitian, memperoleh data, wawancara dan observasi. Dari
segi biaya maupun dari keterjangkauan lingkungan atau tempat, serta dapat
berinteraksi dengan masyarakat yang lebih dekat dan mudah.
Secara umum masyarakat Lingkungan Karang
Tengah sangat kompleks, terbukti dengan mata pencaharian atau pekerjaan yang
dilakukannya setiap harinya. Di Lingkungan karang Tengah juga termasuk Lingkungan
padat penduduk ini disebabkan oleh
banyaknya remaja yang menikah diusia dini yang menimbulkan angka kelahiran lebih banyak daripada angka
kematian, dan banyak juga yang mempunyai suami dari luar daerah yang tinggal di
Karang tengah sehingga dapat menyebabkan ledakan penduduk. Menurut perkiraan
saya jumlah penduduk di Lingkungan Karang Tengah ada 120.000 jiwa, sungguh
angka yang sangat fantsatis. Lingkungan Karang Tengah sebagian besar wilayahnya
dikelilingi oleh pabrik namun sayangnya pegawai ini hanya dibutuhkan ketika ada
proyek yang membutuhkan masa yang banyak dan hanya sistem kontrak dan sayangnya
lagi tidak ada masyarakat Karang Tengah yang menempati posisi sebagai orang
kantor karena mereka tidak mempunyai keahlian dibidang itu, sungguh tragis. Ada
juga yang bekerja sebagai petani, namun menurut saya petani tidak cocok
sebutannya karena mereka bekerja pada orang yang mempunyai ladang atau tanah
mereka dibayar setelah melakukan pekerjaannya, kasarnya mereka adalah buruh
petani yang dibayar dengan sistem upah. Namun sekarang pekerjaan itu sedikit
berkurang karena ladang atau tanah yang bisanya ditanami oleh padi atau
kegiatan penanaman yang lain dialihfungsikan untuk mendirikan pabrik.
Ada juga yang bekerja sebagai pedagang
dipasar, dan kebanyakan remaja dikarang tengah bekerja sebagai pelayan toko di
Pasar karena jaraknya yang lumayan dekat. Dan masih banyak lagi seperti PNS,
guru honorer, buruh bangunan, nelayan, tukang urut dll.
Keadaan sosial budaya di Karang Tengah
secara interaksi memang berjalan dengan baik, karena disana masih mentaati
aturan atau norma yang berlaku dimasyarakat, seperti menghormati yang lebih tua
dan menyayangi yang lebih muda. Namun seiring berkembangnya zaman banyak anak
muda yang bersikap apatis mereka tidak perduli dengan apa yang terjadi pada
masyarakat. Mereka hanya mengahabiskan waktunya dengan sibuk mengotak-atik
gadget bermain sosial media, mungkin karena mereka belum mampu menyaring apa saja budaya yang baik dan
budaya yang tidak mesti diikuti. Ini adalah salah satu contoh dampak dari
adanya globalisasi yang tidak dapat terkendali.
Budaya yang ada di Lingkungan Karang
Tengah sangat beragam. Salah satu contohnya adalah Ngelangkah ini sendiri yang
masih terjaga keeksistensiannya di masyarakat karena mereka menganggap bahwa
salah satu ritual yang harus dikerjaakan yang sifatnya wajib, karena jika
mereka berani melanggar mereka mempercayai akan ada sangsi yang akan mereka
rasakan.
Pendidikan disana menurut saya
sudah lebih baik, karena disana para remaja lulusannya adalah SMA karena di
Kota Cilegon mewajibkan belajar selama 12 tahun, ada beberapa yang melanjutkan
ke pesantren itu bagi orang tua yang mengerti bahwa pendidikan dunia harus selalu seimbang dengan ilmu agama, ada beberapa juga yang sampai melanjutkan ke
perguruan tinggi namun tidak banyak. Karena mereka lebih tertarik pada dunia
kerja daripada melanjutkan keperguruan tinggi, mereka belum paham betapa
pentingnya pendidikan. Tapi saya sebagai pribumi di Lingkungan Karang Tengah
saya selalu berharap semoga suatu saat para orang tua, dan para anak-anak sadar
betapa pentingnya pendidikan.
5.2
Hasil Wawancara
5.2.1
Daftar pertanyaan
No
|
Nama
|
Umur
|
Pekerjaan
|
Keterangan
|
1.
|
Malika
|
50
|
Ibu Rumah
Tangga
|
Sesepuh yang paham tentang makna
Ngelangkah
|
2.
|
Muniah
|
53
|
Ibu Rumah
Tangga
|
Sesepuh yang paham tentang makna
Ngelangkah
|
3.
|
Syarifudin
|
30
|
Buruh bangunan
|
Orang yang menjalankan ritual
Ngelangkah
|
4.
|
Andi
|
26
|
Buruh Pabrik
|
Orang yang mendahului kakaknya menikah
|
5.
|
Siti Juhro
|
19
|
Ibu Rumah
Tangga
|
Orang yang mendahului kakaknya menikah
|
6.
|
Karmila
|
18
|
Pelajar
|
Warga
|
7.
|
Ahmad
Ubaidillah
|
10
|
Pelajar
|
Warga
|
1. Apa yang anda ketahui tentang
Ngelangkah?
Ibu malika : tradisi turun temurun
yang dilakukan karena adiknya mendahului kakaknya menikah
Siti Juhro : Adik yang mendahului kakaknya menikah
Syarifudin : cuma ngelangkah
Karmila : adat yang dilakukan
seorang kakak yang adiknya menikah duluan.
Ahmad Ubaidillah : adat istiadat yang dilakukan didaerah yang lebih
giat
2. Apakah
sebelumnya anda pernah melihat ritual Ngelangkah?
Karmila : Pernah sering
Syarip : Pernah, sering
Siti Juhro : Sering
Andi : Pernah, ketika
ada orang hajat. Sering.
Ahmad Ubaidillah :
Pernah, sering.
3. Coba
ceritakan apa yang anda lihat ketika anda menyaksikan ritual Ngelangkah?
Karmila : orang yang
sedang Ngelangkah kasihan, karena di dahului oleh adiknya. Unik, jarang di
kampung lain mengadaknnya.
Siti juhro : lucu, unik
orang diputar-putar.
Andi : ada tikar,
banyak orang yang menyaksikan
4. Peralatan
Apa saja yang dibawa ketika ritual Ngelangkah dilakukan?
Muniah : Tikar, peponjen (tempat untuk beras kuning dan
uang receh) ini juga sering dibawa ketika orang sunat untuk tempat uang, bakul
nasi dan nasinya serta centong dari kayu. Sapu tangan, kendi yang berisi air
dan uang koin.
5. Apakah
anda melihat simbol-simbol ketika ritual Ngelangkah dilakukan?
Karmila : ia, saya
melihat simbol-simbol tersebut salah satunya disediakan kendi berisi uang receh
untuk diputer-puterkan 3 kali, stelah itu
kendi tersebut dilempar untuk diambil uangnya oleh orang-orang yang
menyaksikannya.
Syarifudin : puter
keliling 5 kali kanan kiri, mecah kendi
Ahmad Ubaidillah :
kendi dipecah, udik-udukan (orang melemparkan uang koin), beras kuning.
6. Apa
makna simbol-simbol itu menurut anda?
Karmila : bukti bahwa
adiknya mendahului kakaknya
Siti Juhro : semoga
cepet nyusul didekatkan jodohnya
Andi : Ngebuang sial
Ahmad Ubaidillah :
memperlancar rizki
7. Makna
Ngelangkah bagi anda pribadi?
Karmila : maknanya
menurut saya adalah Ngelangkah tidak sopankarean mendahului kakaknya.
Syarifuddin : didahului
adik.
8. Apa
yang anda ketahui tentang makna tradisi Ngelangkah?
Malika : malati yaitu
menjauhkan dari orang yang Ngelangkah dari marabahaya dan semoga didekatkan
jodohnya.
9. Apa
yang anda rasakan ketika anda mendahului kakak anda?
Andi : ya ada senang,
ada sedih. Senang karena sudah bertemu jodoh dan sedih karena melangkahai kakak
saya.
Siti Juhro : Malu
karena nikah dulu
10. Apa
yang anda rasakan ketika ritual ngelangkah terjadi?
Syarifudin : malu,
diejekin temen-temen.sudah ritual ngelangkah dilakukan?
Siti juhro : kalo belum
degdegan kalo udah yaa plong
Syarifudin : kalo belum
malu, kalo sudah yaa terasa lega, sudah terlewat.
11. Menurut
anda bagaimana perkembangan tradisi Ngelangkah sendiri di Lingkungan Karang
Tengah?
Karmila : makin maju,
tradisi yang tidak boleh dihilangkan.
Syarifudin :
biasa-biasa saja
Siti Juhro : diikuti
turun-temurun, bagus.
12. Menurut
anda penting tidak acara ngelangkah itu sendiri?
Malika : penting,
karena kalo tidak dilakukan akan menghambat jodoh yang akan Ngelangkah.
Karmila : Penting, karena Ngelangkah
hanya ada di Karang Tengah dan tanda bukti adeknya mendahului kakaknya.
Ahmad Ubaidillah : Penting,
mencintai kebudayaan Indonesia
Syarip : Penting menurut orang
karena sudah kewajiban
13. Hal-hal
apa saja yang perlu dilakukan masyarakat agar tradisi Ngelangkah tetap terjaga
dan selalu eksis dizaman modern ini?
Karmila : menjaga tradisi
tersebut dengan baik, peduli dengan benda-benda yang berkaitan dengan
Ngelangkah.
Siti juhro : diadakan
selalu
14. Pesan-pesan
apa yang akan anda sampaikan kepada orang yang akan Ngelangkah dan yang
melngkahi kakaknya?
Siti Juhro : untuk
orang yang melangkahi kakaknya adalah jangan melangkahi kakaknya supaya tidak
malu, dan untuk orang yang akan Ngelangkah supaya didkatkan jodohnya.
Syarifudin : jangan
sampain ngelangkah.
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat
saya ambil dari penelitian yang saya lakukan adalah tradisi Ngelangkah adalah
tradisi yang dilakukan oleh mereka yang akan menikah mendahului kakak laki-laki
maupun kakak perempuannya, yang tujuannya untuk meminta izin kepada kakaknya
agar merestui pernikahan yang akan dilakukannya, dan ikhlas untuk didahului dan
maknanya adalah ketika rirual ngelangkah itu dilakukan oleh kakaknya semoga jodoh
segera didekatkan dan bahaya-bahaya yang dihadapkan pada kakaknya dijauhkan
atau dalam bahasa Karang Tengah disebut malati.
6.2
Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah
semoga masyarakat Lingkungan Karang Tengah benar-benar memahami budaya yang
mereka kerjakan bukan hanya mengikuti tradisi-tradisi yang dijalankan tanpa
mengetahui makna yang sesungguhnya. Dan semoga para generasi muda dapat terus
menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi
yang ada di Lingkungan Karang Tengah khususnya tradisi Ngelangkah, salah
satunya dengan benar-benar memahami makna yang terkandung dalam tradisi
tersebut.
LAMPIRAN
Wawancara saudara Andi (memakai baju
biru dan isterinya sedang menggendong anak) dan Siti Juhro (mengenakan baju
ping besrta suami mengenakan baju putih) keduanya mendahului kakaknya menikah.
Wawancara ini di lakukan pada tanggal 22 Mei 2016
Wawancara dengan Karmila (pelajar
18th) dilakukan dirumah informan pada tanggal 22 Mei 2016
Wawancara dengan Syarifudin selaku
pelaku Ngelangkah. Wawancara ini dilakukan ditempat informan pada tanggal 22
Mei 2016
DAFTAR PUSTAKA
Tumanggor Rusmin dkk.
2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : kencana.
Bagus Wirawan Ida.
2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paraadigma. Jakarta : kencana.
P. James Spradley.
2006. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Koentjaraningrat. 2013.
Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Ritzer george. 2014.
Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana.
Maryaeni. 2005. Metode
Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara.
WS Indrawan. Tanpa
Tahun. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang : Lintas Media.
Repository.uinjakarta.ac.id
> dspace < bitstream
[1]
Kontjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta, 2013, hal
144
[2] Rusmin
Tumanggor, Ilmu sosial dan budaya dasar, Jakarta, Kencana 2014, hal 14-15
[3] Indrawan
WS, Kamus lengkap bahasa indonesia, hal 510
[4] George
Ritzer, Jakarta, Kencana, 2014, hal 251
[5] Ida
Bagus Wirawan, Op.Cit., hal 131-132
[6] George
Ritzer, Jakarta, Kencana, 2014, hal 251
[7] Ida
Bagus Irawan, Op.Cit., hal 130
[8] Indrawan
WS, kamus lengkap bahasa indonesia, Jombang, Lintas Media, hal 299
[9] Geoge
Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Jakarta, Kencana, 2014, hal 263
[10] Spradley
P James, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2006, hal 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar