Management
Kelas
Didalam kelas, banyak sekali yang harus
ditata, seperti ruangan, peralatan kelas, jumlah siswa, dan sebagainya itu
semua perlunya koordinasi dengan pihak-pihak sekolah untuk mengatur bagaimana
lingkungan dikelas tersebut. Agar terciptanya pembelajaran yang baik, perlu
diperhatikan pengaturan / penataan ruang kelas / belajar. Penyusun dan pengatur
ruang kelas maupun belajar hendaknya memungkinkan peserta didik duduk
berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa
dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar maupun kelas, perlu diperhatikan
hal-hal berikut, seperti :
Ø Ukuran
dan bentuk kelas.
Ø Bentuk
serta ukuran bangku dan meja peserta didik.
Ø Jumlah
siswa dalam kelas.
Ø Jumlah
siswa dalam setiap kelompok.
Ø Jumlah
kelompok dalam kelas.
Ø Komposisi
peserta didik dalam kelompok ( seperti peserta didik yang pandai dengan peserta
didik yang kurang pandai, pria dan wanita, dll ).
·
Menurut
Conny Semiawan, dkk (1985 : 64)
Dalam masalah penataan ruang kelas ini uraian akan
diarahkan pada pembahasan masalah tempat duduk, pengaturan alat-alat
pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan ventilasi, serta tata
cahaya.
1.
Pengaturan tempat duduk
Dalam proses pembelajaran peserta didik
memerlukan tempat duduk. Tempat duduk juga mempengaruhi peserta didik dalam
pembelajaran. Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan sekarang bermacam-macam,
ada yang satu tempat duduk ditempati dua orang bahkan lebih, ada pula yang
hanya dapat diduduki oleh satu peserta didik. Sebaiknya tempat duduk peserta
didik ukurannya jangan terlalu besar agar mudah diubah-ubah formasinya. Ada
bebepara bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai dengan
kebutuhan.
Sudirman N (1991 :
318), mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk,
yaitu berhadapan, posisi setengah lingkaran, dan posisi berbaris kebelakang.
2.
Pengaturan alat-alat pengajaran
Diantara alat-alat pengajaran dikelas
yang harus diatur adalah sebagai berikut :
a. Perpustakan
Kelas
Ø Sekolah
yang maju ada perpustakaan dikelas.
Ø Pengaturannya
bersama-sama peserta didik.
b. Alat-alat
peraga media pembelajaran
Ø Seharusnya
diletakan didalam kelas agar memudahkan dalam penggunaannya.
Ø Pengaturannya
bersama—sama peserta didik.
c. Papan
tulis, kapar tulis, dan lain-lain
Ø Ukurannya
disesuaikan dengan kelas.
Ø Warnanya
harus kontras.
Ø Penempatannya
memperlihatkan estetika dan terjangkau oleh peserta ddik.
3.
Penataan keindahan dan kebersihan kelas
a. Hiasan
dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran,
seperti :
Ø Burung
garuda.
Ø Teks
proklamasi.
Ø Slogan
pendidikan.
Ø Para
pahlawan.
b. Penempatan
lemari
Ø Untuk
buku didepan.
Ø Alat-alat
peraga didepan.
c. Pemeliharaan
kebersihan
Ø Peserta
didik bergantian untuk memelihara kelas.
Ø Guru
memeriksa kebersihan dan ketertiban kelas.
4.
Ventilasi dan Tata Cahaya
Ø Ada
ventilasi sesuai dengan ruangan kelas.
Ø Sebaiknya
tidak merokok didalam kelas.
Ø Pengaturan
cahaya perlu diperhatikan.
Ø Cahaya
yang masuk harus cukup.
Didepan telah diuraikan tentang
pengaturan tempat duduk peserta didik dengan format yang bervariasi sesuai
dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Masalah pengaturan
tempat duduk sebenarnya akan berhubngan dengan permasalahan siswa sebagai
individu sebagai perbedaan pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis.
Abu
Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991 : 108), melihat peserta
didik sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya. Pada intinya
berisikan ketiga asepek diatas. Persamaan dan perbedan yang dimaksud yaitu
sebagai berikut :
1. Persamaan
dan perbedaan dalam kecerdasan (intelegensi).
2. Persamaan
dan perbedaan dalam kecakapan.
3. Persamaan
dan perbedaan dalam hasil belajar.
4. Persamaan
dan perbedaan dalam bakat.
5. Persamaan
dan perbedaan dalam sikap.
6. Persamaan
dan perbedaan kebiasaan.
7. Persamaan
dan perbedaan dalam pengetahuan/pengalaman.
Berbagai persamaan dan perbedaan
kepribadian peserta didik diatas, berguna dalam membantu usaha pengaturan
peserta didik didalam kelas. Terutama berhubungan dengan masalah bagaimana pola
pengelompokan peserta didik guna menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan
kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat
bertahan dalam waktu yang relatif lama.
Kegiatan belajar mengajar dalam kegiatan
kelompok menghendaki peninjauan pada aspek individual peserta didik. Penempatan
peserta didik memerlukan pertimbangan pada aspek pada postur tubuh peserta
didik, dimana menempatkan peserta didik yang mempunyai tubuh tinggi ataupun
rendah, dimana menyematkan peserta didik yang memiliki kelainan penglihatan
ataupun pendengaran, jenis kelamin peserta didik perlu juga dijadikan
pertimbangan dalam pengelompokan peserta didik.
1. Pengelompokan
Peserta Didik
Dalam melayani kegiatan belajar siswa
aktif, pengelompokan siswa mempunyai arti tersendiri. Pengelompokan peserta
didik bermacam-macam, dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks. Berikut
ini dikemukakan oleh beberapa pendapat para ahli, sebagai berikut :
Roestiyah
N.K. (1989 : 80) membagi pengelompokan siswa dengan
melihatnya dari segi waktu, kecepatan, dan sifatnya. Sebagai berikut :
a.
Waktu :
1) Kelompok jangka pendek.
2) Kelompok
jangka panjang ( 3 bulan ).
b. Kecepatan :
1) Kelompok anak cepat.
2) Kelompok anak lambat.
c. Sifat :
1) Kelompok untuk mengatasi alat pelajaran.
2) Kelompok atas dasar individual /
intelegensi.
3) Kelompok atas dasar individual minat.
4) Kelompok untuk memperbesar prestasi.
5) Kelompok untuk pembagian pekerjaan.
6) Kelompok untuk belajar secara efesiens.
Rumusan tentang pengelompokan siswa
menurut yang dikemukakan oleh Conny Setiawan, dkk (1985 : 67), yaitu sebagai
berikut :
1. Pengelompokan
menurut kesenangan berkawan.
Pada pengelompokan ini kelas dibagi
dalam beberapa kelompok atas dasar perkawanan / kesenangan bergaul diantara
mereka. Kelompok terdiri dari 4 – 6 orang atau lebih yang menurut mereka
merupkan kawan-kawan dekat. Mereka duduk mengelilingi meja yang telah disusun
demikian rupa dalam keadaan berhadapan. Dalam pengelompokan seperti ini setiap
peserta didik mempelajari atau berbuat hal yang sama dengan sumber yang sama.
2. Pengelompokan
menurut kemampuan.
Kenyataaan menunjukan bahwa ada peserta
didik yang pandai, sedang, dan lambat dalam mempelajari sesuatu. Untuk
memudahkan pelayanan guru, peserta didik dikelompokan kedalam kelompok cerdas,
sedang / menengah, dan lambat. Pengelompokan ini diubah sesuai dengan
kesanggupan individual dalam mempelajari mata pelajaran. Seorang peserta didik
mungkin cerdas dalam matematika, tetap lambat dalam ilmu – ilmu sosial,
sedangkan peserta didik yang lain keadaanya tidak demikian. Pengelompokan
demikian akan menuntut program-program khusus (bantuan remedi) untuk membantu
peserta didik tertentu yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tertentu.
3. Pengelompokan
menurut minat.
Pada suatu ketika ada peserta didik yang
gemar menulis, sedangkan yang lainnya senang matematika, ilmu – ilmu sosial
ataupun ilmu pengetahuan alam. Peserta didik yang melakukan kegiatan belajar
yang sama dikelompokan. Pada situasi seperti ini, guru harus terus menerus
mengamati setiap individu. Disamping itu, guru perlu memberi dorongan kepada
peserta didik untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Ahli
lain membagi pengelompokan peserta didik ini berdasarkan pada satuan kelas yang
dibagi atas kelompok – kelompok kecil yang kemudian bekerja sama dikelas maupun
diluar kelas. Pendapat ini seperti dikemukakan oleh Udin Saripuddin dan Rustana Ardiwinata (1991), sebagai berkut :
1.
Pola bekerja paralel.
Kelompok-kelompok yang mengahadapi materi
pelajaran yang sama. Semua kelompok mendiskusikan ataupu membahas topik yang
sama atau mengerjakan hal yang sama. Hasil diskusi atau pembahasan atau
pekerjan tugas kelompok dibawa kedalam diskusi kelas (sidang pleno). Dalam
diskusi kelas hasil kerja kelompok itu dibandingkan satu dengan yang lain
kemudian disimpulkan bersama.
2.
Pola bekerja komplementer.
Masing – masing kelompok mendapat satu
topik atau tugas yang berbeda dengan topik yang berkaitan dengan kepada
kelompok lain. Walaupun setiap kelompok mendapat tugas/topik yang berbeda,
namun masing-masing topik itu masih merupakan satu kesatuan dalam keseluruhan
materi pelajaran. Melalui lapoan yang diberikan oleh masing – masing kelompok,
peserta didik dari kelompok lain juga memperoleh hasilnya dan menyimaknya.
Sehingga saling melengkapi membentuk suatu kesimpulan dari keseluruhan materi.
3.
Pola campuran paralel dan komplementer.
Dua kelompok atau lebih mendapat topik
atas tugas yang sama, sedangkan dua kelompok atau lebih lainnya mendapat topik
dari tugas yang berbeda. Mungkin pula bahwa untuk satu jam pelajaran semua
kelompok mendapat topik atau tugas yang sama. Sedangkan untuk periode
waktuberikutnya, topik ataupun tugas yang diberikan kepeda kelompok
berbeda-beda. Dalam diskusi kelas semua dikaitkan satu sama lain dan
dismpulkan.
Kalau ditinjau dari sudut waktu yang
dipergunakan, bekerja atau belajar dalam kelompok biasanya menurut waktu lebih
banyak dari pada belajar secara individu. Maka tidak dapat dikatakan, bahwa
belajar dalam kelompok sebaiknya diutamakan dari pada belajar sendiri-sendiri.
Hal ini banyak bergantung dari tujuan pembelajaran, pada dalam aspek jenis
perlaku maupun dalam aspek isi dan materi pelajaran. Perkembangan efektif dan
sosial akan ditunjang bila siswa belajar dalam kelompok. Perkembangan kognitif
kadang-kadang mendapat dukungan lebih banya.
Selain dari pola pengelompokan peserta
didik sebagaimana disebutkan diatas, pengelompokan peserta didik dapat pula
dilakukan dengan cara – cara berikut ini :
a. Pembentukan
kelompok diserahkan kepada peserta didik.
b. Pembentukan
kelompok diatur oleh guru sendiri.
c. Pembentukan
kelompok diatur oleh guru atas usul peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhtadi,
“Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif dan Bekualitas dalam Proses
Pembelajaran” Blog
file.upi.edu//../Menciptakan_lingkungan_pembelajaran_yang_kondusif.pdf
Drs. Jain Aswan,
Drs Bahri Syahful. 2010. “Strategi Pembelajaran Mengajar”. Jakarta : Rineka
Cipta
Wahyu Surahkusuma, “ Menciptakan
Lingkungan Pembelajaran yang Kondusi” Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Majid Abdul,
M.Pd. 2013. “Strategi Pembelajaran” Pt Remaja Rosdakarya : Bandung
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhtadi,
“Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif dan Bekualitas dalam Proses
Pembelajaran” Blog
file.upi.edu//../Menciptakan_lingkungan_pembelajaran_yang_kondusif.pdf
Drs. Jain Aswan,
Drs Bahri Syahful. 2010. “Strategi Pembelajaran Mengajar”. Jakarta : Rineka
Cipta
Wahyu Surahkusuma, “ Menciptakan
Lingkungan Pembelajaran yang Kondusi” Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Majid Abdul,
M.Pd. 2013. “Strategi Pembelajaran” Pt Remaja Rosdakarya : Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar