Senin, 26 Desember 2016

Filsafat Manusia


   Filsafat Manusia
       Filsafat manusia atau antropologi filsafat adalah bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Dibandingkan dengan ilmu-ilmu tentang manusia, filsafat manusia mempunyai kedudukan yang kurang sejajar juga, terutama dilihat dari objek materialnya. Objek material filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia adalah gejala manusia. Akan tetapi, ditinjau dari objek formal atau metodenya, kedua jenis ilmu tersebut memiliki perbedaan ynag sangat mendasar.  Secara umum dapat dikatakan, bahwa setiap cabang ilmu-ilmu tentang manusia mendasarkan penyelidikannya pada gejala empiris, yang bersifat objektif dan bisa diukur. Gejala itu kemudian diselidiki dengan menggunakan metode yang bersifat observasional atau eksperimental. Sebaliknya, filsafat manusia tidak membatasi diri pada gejala empiris. Bentuk atau jenis gejala apapun tentang manusia sejauh bisa dipikirkan, dan memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat manusia.
       Ada yang khas pada filsafat manusia  dan tidak terdapat pada ilmu-ilmu tentang manusia. Jika ilmu adalah netral dan bebas nilai, maka bisa dikatakan juga bahwa ilmu berkenaan hanya dengan das Sein (kenyataan sebagaimana adanya). Nilai dari manapun asalnya, dan apapun bentuknya, diupayakan untuk tidak dilibatkan dalam kegiatan keilmuan. Nilai dipandang sebagai sesuatu yang subjektif dan tidak bisa diukur, sehingga keberadaannya dianggap tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sebaliknya, didalam filsafat manusia. Nilai-nilai, apakah itu personal, sosial, moral, religius, ataupun kemanusiaan, bukan barang haram atau terlarang didalam filsafat manusia.
       Sekarang kita akan melihat ciri-ciri filsafat manusia secara umum,yakni yang bercirikan ekstensif, intensif, dan kritis. Ciri ekstensif filsafat manusia dapat disaksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian yng digeluti oleh filsafat. Ciri lain dari filsafat amnusia adalah penjelasan yang intensif (mendasar). Filsafat adalah kegiatan intelektual ynag hendak menggali inti, hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan. Dalam hubungannya dengan filsafat manusia, dapatlah kita katakan bahwa filsafat manusia hendaknya mencari inti , hakikat, akar, atau struktur dasar, yang melandasi kenyataan manusia, baik yang tampak pada gejala kehidupan sehari-hari (prailmiah), maupun yang terdapat didalam data-data dan teori-teori ilmiah. Ciri kritis filsafat manusia berhubungan dengan dua metode yang dipakainya (sintesa dan refleksi) dan dua ciri yang terdapat didalam isi atai hasil filsafat (ekstensif dan intensif). Karena tujuan filsafat manusia  pada taraf akhir tidak lain adalah untuk memahami diri manusia sendiri (pemahaman-diri), maka hal apa saja (apakah iru berupa ilmu pengetahuan kebudayaan, atau ideologi), yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan pemahaman diri manusia, tidak luput dari kritik filsafat.
       Secara praktis filsafat manusia bukan saja berguna untuk mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh, melainkan juga untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri kita didalam pemahaman tentang manusia yang menyeluruh. Pemahaman demikaian pada gilirannya akan memudahkan kita dalam mengambil keputusan-keputusan praktis atau dalam menjalankan berbagai  aktivitas kehidupan sehari-hari; dalam mengambil makna dan arti dari setiap peristiwa yang setiap saat kita jalani; dalam menentukan arah dan tujuan hidup kita, yang selalu saja tidak mudah untuk kita tentukan secara pasti. Manfaat lain mempelajari filsafat manusia adalah mencari dan menemukan jawaban tentang siapakah sesungguhnya manusia itu. Akan tetapi, seperti yang telah disinggung bahwa filsafat manusia tidak menawarkan jawaban yang tuntas (final) dan seragam tentang manusia. Kita jusrtu dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak filsuf memiliki pendapat yang berbeda tentang apa atau siapa sebetulnya manusia.
       Karena kompelsitas yang melekat pada manusia itu, maka beberapa filsuf menarik kesimpulan bahwa esensi manusia pada prinsipnya adalah sebuah misteri, sebuah teka-teki yang barangkali tidak pernah akan terungkap secara tuntas kapan dan oleh siapapun. Sesungguhnya gejala dan kejadian manusia adalah kaya dan tidak terbatas. Berkembangnya ilmu-ilmu tentang manusia, yang diikuti oleh spesialisai-spesialisasinya, menjadi bukti dari kekayaan manusia yang tidak terbatas itu.
       Kritik dari buku dari buku ini adalah, kelebihan buku ini sangat rinci menjelaskan tentang manusia dengan segala keempirisan dan kerasionalannya, namun kekurangan dari buku ini adalah tidak menjelaskan secara rinci bagaimana hubungan manusia dengan kehidupan budaya,sosial yang ada di lingkungannya sekitar.
Sumber: AbidinZainal.2006.FilsafatManusia.Bandung:PTRemajaOsdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar