Motivasi
belajar peserta didik
Motivasi
adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan
(kebutuhan). Menurut Atkinson, motivasi seseorang ditentukan oleh dua faktor,
yaitu harapan seseorang terhadap suatu objek itu. Makin besar harapan seseorang
terhadap suatu objek dan makin tinggi nilai objek itu bagi orang tersebut, berarti makin besar
motivasinya. Hubungan antara motivasi dengan harapan dan nilai dari Atkinson
dirumuskan sebgai berikut : (motivasi=harapanXnilai). Hal ini berarti jika
salah satu diantara kedua faktor diatas tidak ada (harapan atau nilai tidak
ada), maka tidak akan ada motivaasi pada diri seseorang.
Motivasi
Berprestasi dan Prestasi Belajar
Motivasi
berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam
belajar. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada intensitasnya.
Klausmeier menyatakan bahwa perbedaan dalam intensitas motivasi berprestasi (need to achieve) ditunjukkan dalam
berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai individu pengaruh
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar, tergantung pada kondisi dalam
lingkungan dan kondisi individu. Dalam hubungan ini johnson menyatakan sebagai
berikut.
The
teory of achievement motivation ... does not say that there should be a general
relationship between achievement motivation and academic performance. On thr
contrary, it states that under certain conditions, there will be a strong
relatinship, under other conditions there will be no relationship.
Siswa
yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencaapi prestasi akademis yang
tinggi apabila :
1. Rasa
takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keinginanya untuk berhasil;
2. Tugas-Tugas
dalam kelas cukup memberi tantangan, tidak terlalu mudah tetapi juga tidak
terlalu sukar, sehingga memberi kesempatan untuk berhasil.
Sikap
belajar peserta didik
a. Pengertian
sikap dan belajar
Sikap
dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda satu
sama lain. Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau
emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Disini Trow
lebih menkankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap objek.
Jadi disini makna sikap yang terpenting apabila diikuti oleh objeknya. Misalnya
sikap terhadap Undang-Undang Pemilu, sikap terhadap sistem kampanye, dan
lain-lain. Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak berkenaan dengan objek
tertentu. Sikap bukan tindakan nyata (overt
behavior) melainkan bersifat tertutup (covert
behavior).
Adapun
belajar menunjuk kepada suatu cabang belajar yaitu belajar dalam arti sempit,
khusus untuk mendapatkan pengetahuan akademik. Belajar menurut Morgan dkk.
Merupakan setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap terjadi sebagai
hasil latihan atau pengalaman.
b. Konsep
Sikap Belajar
Sikap
belajar dapat diartikan sebagai kecendrungan perilaku seseorang tatkala ia
mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Brown dan Holtzman mengembangkan
konsep sikap belajar melalui dua komponen, yaitu Teacher Approval (TA) dan
Education Acceptance (EA). TA berhubungan dengan pandangan
siswa terhadap guru-guru; tingkah laku mereka dikelas; dan cara mengajar.
Adapun EA terdiri atas penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan
dicapai; dan materi yang disajikan, praktik, tugas, dan persyaratan yang
ditetapkan di sekolah.
c. Peranan
Sikap Belajar
Sikap
belajar ikut berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Sikap belajar
yang positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi.oleh karena itu apabila
faktor lainnya sama, siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih
aktif dan dengan demikian kan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan
siswa yang sikap belajarnya negatif.
Cara
mengembangkann sikap belajar yang positif:
1. Bangkitkan
kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan, dan
sebagainya;
2. Hubungkan
dengan pengalaman yang lampau;
3. Beri
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;
4. Gunakan
berbagai metode mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demonstrasi,
dan sebagainya.
d. Penerapan
di Bidang Administrasi Pendidikan
1. Sikap
Sosial di Lingkungan Kerja
Seorang
pekerja/administrator ynag memiliki sikap sosial yang baik akan ditandai dengan
:
a. Kesadaran
manusia terhadap hakikat hidupnya di tengah-tengah teman sejawat,
b. Kesadaran
akan kelemahannya, sehingga segala aspek tergantung sesama,
c. Kecendrungan
memiliki kerelaan untuk selalu dapat memelihara hubungan baik denagn sesama,
dan
d. Kecendrungan
memiliki kerelaan untuk menyenangkan orang lain.
2. Sikap
Guru terhadap Kebijaksanaan Awal Kepala Sekolah Baru
Sikap
ini dapat diammati melalui respons guru, yaitu berupa kecendrungan untuk
bereaksi terhadap semua kebijaksanaan awal yang dikeluarkan oleh kepala sekolah
yang baru. Kebijksanaan awal kepala sekolah yang baru merupakan objek.
Sikap
guru terhadap kepala sekolah yang baru ditandai dengan kecendrungan bereaksi
tentang:
a. Keputusan
menerpkan displin sekolah dengan ketat;
b. Keputusan
larangan memberi les privat;
c. Seragam
sekolah, dan lain-lain.
3. Sikap
terhadap Tugas
Lima
ciri khas kecendrungan tingkah laku seseorang yang bisa dijadikan indikator
sikap terhadap tugas, yaitu
a. Hasrat
ingintahu,
b. Resspek
terhada fakta,
c. Fleksibel
dalam berpikir dan bertindak,
d. Mempunyai
pikiran kritis, dan
e. Peka
terhadap lingkungan/kehidupan
f.
Minat
Belajar Peserta Didik
Minat
adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya Crow and Crow mengatakan bahwa
minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi
atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri.
Jadi,
minat dapat di eksprsikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih
menyukai suatu hal daripada lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan
diperoleh kemudian. Tugas atau pekerjaan tidak dapat diselesaikan tanpa
pengarahan usaha, daya dan tenaga. Semakin sulit tugas, semakin banyak pula
tenaga yang diperlukan untuk mengerjakan tugas dengan baik. Generalisasi ini
berlaku pula dalam belajar.
Kebiasaan
Belajar Peserta Didik
Kebiasaan
dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada
waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu
untuk menyelesaikan kegiatan. Kebiasaan belajar dibagi kedalam dua bagian,
yaitu Delay Avoidan (DA), dan Work Methods (WM). DA menunjuk pada
ketetapan waktu penyelesaian tugas-tugas akademis, menghindarkan diri dari
hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan
rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar. Adapun WM menunjuk
kepada penggunaan cara (prosedur) belajar yang efektif, dan efisiensi dalam
mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar.
Konsep
Diri Peserta Didik
Kosep
diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa
yang ia ketahui dan raskan tentang perilkaunya, isi pikiran dan perasaannya,
serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Konsep
diri seseorang mula-mula terbentuk dari perasaan apakah ia diterima dan
diinginkan kehadirannya oleh keluarganya. Melalui perlakuan yang berulang-ulang
dan setelah menghadapi sikap-sikap tertentu dari ayah-ibu-kakak dan adik
ataupun orang lain dilingkup kehidupannya, akan berkembanglah konsep diri
seseorang. Konsep diri ini yang pada mulanya berawal dari perasaan dihargai
atau tidak dihargai. Perasaan inilah yang menjadi landasan dari pandangan,
penilaian, atau bayangan seseorang mengenai dirinya sendiri yang keseluruhannya
disebut kosep diri. Dalam teori psikoanalisis, proses perkembangan konsep diri
disebut pembentukan ego (the process of ego formation). Menurut aliran ego
ini, ego yang sehat adalah ego yang dapat mengontrol dan mengarahkan kebutuhan
primitif (dorongan libido) supaya setara dengan dorongan dari super ego serta
tuntutan lingkungan.
Konsep
diri menurut Erikson berkembang melalui lima tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Perkembangan
dari sense of trust vs sense of mistrust,
paada anak usia 1,5-2 tahun.
2. Perkembangan
dari sesnse of anatomy vs shame and
doubt, pada anak usia 2-4 tahun.
3. Perkembangan
dari sense of intiative vs sense guilt,
pada anak usia 4-7 tahun.
4. Perkembangan
dari sense of insustry vs inferiority,
pada usia 7-11 atau 12 tahun.
5. Perkembangan
dari sense of identity diffusion,
pada remaja.
Konsep diri terbentuk
karena empat faktor, yaitu :
1. Kemampuan
(competence);
2. Perasaan
mempunyai arti bagi orang lain (significance
to others);
3.
Kebajikan (virtues);
4. Kekuatan
(power).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar